Despro, Malang - Belajar adalah bagian rumit dari kehidupan. Dari ruang kelas hingga tantangan pekerjaan baru atau hobi, kita terus-menerus beradaptasi dan memperoleh pengetahuan. Namun, meski selalu hadir dalam kehidupan, proses belajar sering kali terasa sulit dipahami. Beberapa pengalaman terasa alami—menemukan arah di kota baru atau beradaptasi dengan peran baru di pekerjaan. Namun, yang lain terasa mustahil. Berjam-jam dihabiskan menelaah buku, tetapi hasil ujian tetap mengecewakan. Keinginan untuk berpindah karier atau industri dapat terhalang oleh keyakinan bahwa kita kekurangan keterampilan yang dibutuhkan untuk berhasil.
Scott Young, penulis buku laris Ultralearning versi Wall Street Journal, mengeksplorasi ranah yang kompleks ini dalam karyanya yang terbaru, Get Better At Anything. Dia berargumen bahwa pembelajaran efektif bergantung pada tiga pilar utama: observasi, praktik, dan umpan balik. Tanpa ketiganya, kemajuan terhambat. Dengan mereka, penguasaan menjadi mungkin.
Ilusi Pengalaman
Pertimbangkan jam-jam yang kita curahkan untuk kegiatan seperti mengemudi, mengetik, atau bermain olahraga. Puluhan tahun bisa berlalu tanpa perbaikan yang signifikan. Karya Young mematahkan anggapan umum bahwa pengulangan saja sudah cukup untuk mengasah keterampilan ini. Sebaliknya, ia menunjukkan bahwa tiga komponen esensial harus ada agar tercapai pertumbuhan yang berarti.
1. Seni Mengamati Orang Lain
Fondasi dari pembelajaran terletak pada kemampuan kita untuk mengamati dan meniru. Sejak bayi, sebagian besar yang kita pelajari datang melalui pengamatan. Sebagai orang dewasa, prinsip ini tetap relevan. Apakah itu mengamati rekan kerja yang berpengalaman atau mempelajari teknik atlet yang sukses, belajar dengan contoh mempercepat pemahaman. Young menekankan bahwa seberapa cepat kita dapat mengasimilasi informasi baru sering bergantung pada seberapa mahir kita belajar dari orang lain.
Namun, tidak semua pembelajaran dengan pengamatan sama. Tidak cukup hanya melihat secara pasif dan berharap menyerap informasi. Observasi yang disengaja—memahami alasan di balik setiap tindakan dan mengajukan pertanyaan yang mendalam—adalah yang mengubah pandangan biasa menjadi alat belajar yang kuat.
2. Paradoks Praktik
Latihan membuat sempurna, atau begitulah pepatah mengatakan. Tetapi, seperti yang dicatat Young, tidak semua latihan diciptakan sama. Otak manusia, dengan kecenderungan alaminya untuk menghemat energi, sering kali menolak untuk mendorong diri melewati zona nyaman. Efisiensi ini adalah berkah sekaligus kutukan; sementara ia menghemat sumber daya kognitif, ia juga dapat menghalangi pembelajaran mendalam.
Penguasaan sejati menuntut latihan yang disengaja—pendekatan yang menantang otak dengan mendorongnya sedikit lebih jauh dari batas saat ini. Sebagai contoh, seorang pianis yang hanya memainkan skala yang sudah dikenalnya akan terhenti, sementara yang memainkan komposisi baru dan sulit akan berkembang. Karya Young mengingatkan kita bahwa bukan berapa banyak waktu yang kita habiskan yang penting, tetapi kualitas waktu tersebut.
3. Nilai Umpan Balik
Umpan balik adalah nyawa dari kemajuan. Namun, umpan balik lebih dari sekadar coretan pena merah guru atau kritik dari atasan. Umpan balik sejati tertanam dalam hasil. Apakah langkah strategis dalam permainan catur menghasilkan kemenangan atau kekalahan? Apakah teknik memasak baru menghasilkan hidangan yang lebih enak atau malah hambar?
Young berpendapat bahwa perbaikan berkembang dengan umpan balik yang dapat diandalkan. Tanpa itu, kita berisiko memperkuat kesalahan atau mengukuhkan kebiasaan yang biasa-biasa saja. Proses belajar harus menjadi lingkaran: bertindak, menilai hasil, dan menyesuaikan. Siklus ini memastikan bahwa pengetahuan tidak hanya diperoleh, tetapi disempurnakan.
Saat Pembelajaran Terhenti
Meskipun prinsip-prinsip ini universal, banyak dari kita merasa bahwa belajar adalah tantangan. Gangguan pada salah satu pilar Young dapat menghentikan kemajuan. Pertimbangkan seorang pekerja kantor yang beralih ke peran manajemen tanpa bimbingan (observasi terbatas), atau seorang calon gitaris yang memainkan lagu yang sama berulang-ulang tanpa memperbaiki kesalahan (latihan yang tidak efektif). Tanpa umpan balik real-time—baik dari pelatih, penilaian diri, atau data—kesalahan tidak terkoreksi, dan pertumbuhan terhenti.
Maksim untuk Penguasaan
Dalam Get Better At Anything, Young merangkum pelajaran-pelajaran ini menjadi dua belas maksim sederhana. Setiap maksim menyediakan langkah-langkah praktis, menawarkan peta jalan untuk pembelajaran yang lebih efektif, apa pun keterampilan atau bidangnya. Dia menggunakan studi penelitian dan skenario kehidupan nyata untuk menggambarkan bagaimana prinsip-prinsip ini dapat diterapkan.
Bagi siswa yang mempersiapkan ujian, Young menyarankan menemukan contoh orang yang telah sukses sebelumnya dan mengadopsi praktik belajar yang serupa. Bagi para profesional yang menghadapi keterampilan baru, ia menyarankan membuat jadwal latihan yang dengan sengaja menghadapi kesulitan dan mengundang kritik. Dan bagi mereka yang memiliki minat pribadi—baik belajar alat musik atau olahraga baru—fokusnya adalah menciptakan lingkungan yang kaya akan umpan balik untuk mempercepat pertumbuhan.
Janji Kemajuan
Di dunia di mana adaptasi adalah kunci untuk tetap relevan, wawasan Young beresonansi melampaui pendidikan tradisional. Penekanannya pada observasi, latihan, dan umpan balik menyoroti kebenaran: pembelajaran bukanlah perjalanan yang seragam untuk semua orang. Ini adalah proses dinamis, dibentuk oleh kesediaan kita untuk secara aktif terlibat dengan setiap komponen.
Baik memulai perubahan karier, memperdalam hobi, atau menguasai keterampilan profesional, prinsip-prinsip Young bertindak sebagai panduan, mendorong kita untuk bersikap sengaja dalam pendekatan kita. Dengan alat-alat ini, jalan menuju perbaikan menjadi lebih jelas, mengubah tujuan yang tampaknya mustahil menjadi pencapaian yang dapat diraih.(GH)