Solo,Despro- Memori tentang dr. Lo Siauw Ging dengan motto-nya yang terkenal.
"Aku datang untuk melayani, bukan dilayani.."
Itulah semangat Dr. Lo Siaw Ging yg populer di Solo bukan hanya karena diagnosanya, tapi juga karena ia tdk pernah minta bayaran ke pasien bahkan biaya beli obat-pun terkadang dibayari oleh dr. Lo sendiri.
Berikut rangkuman fakta tentang dokter Lo :
1. Lo terlahir di Magelang, 16/8/1934 di keluarga pengusaha tembakau moderat (Lo Ban Tjiang & Liem Hwat Nio)
Setamat SMA di Semarang, Lo ingin kuliah kedokteran. Ayahnya berpesan: "jika ingin menjadi dokter jangan berdagang. Sebaliknya jika ingin berdagang, jangan menjadi dokter!"
Pemaknaan pesan sang ayah bagi dr. Lo:
"seorang dokter tidak boleh mengejar materi semata karena tugas dokter adalah membantu orang. Kalo hanya ingin cari untung, lebih baik jadi pedagang. Jadi siapapun pasien yang datang, miskin/kaya, hrs dilayani dg baik. Ikhlas. Profesi dokter itu menolong org sakit bukan menjual obat!"
2. Lo menjadi dokter sejak 1963 di poliklinik Tsi Sheng Yuan milik Dr Oen Boen Ing (1903-1982). Di Orde Baru, poliklinik ini menjadi RS Panti Kosala & sekarang bernama RS Dr. Oen
Selain dari ayahnya, Lo banyak belajar dari Dr Oen: ”Ia tidak hanya pintar mengobati tapi sederhana & jiwa sosialnya luar biasa"
3. Selain tidak meminta bayaran, Lo juga membantu pasien yang tidak mampu menebus resep, juga pasien rawat inap di tempatnya bekerja, RS Kasih Ibu. Ia akan menulis resep & meminta pasien ngambil obat ke apotek tanpa harus membayar. Pada akhir bulan, pihak apotek yang akan menagih uang kepada dr. Lo.
Alhasil, Lo harus membayar banyak resep antara Rp 8-10 juta per-bulan. Jika biaya rawat besar, misalnya harus operasi, Lo turun sendiri cari donatur. Bukan sembarang donatur, sebab hanya donatur yang bersedia tidaj disebutkan namanya yang akan didatangi Lo: “Beruntung, masih banyak yang percaya saya!"
"Saya tahu pasien mana yang mampu membayar & tidak. Untuk apa mereka bayar ongkos dokter & obat kalau setelah itu tidak bisa membeli beras?? Kasihan kalau anak-anaknya tidak bisa makan!” kata dr. Lo, yg adalah lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga & Managemen Administrasi Rumah Sakit dari UI
4. Gaya bicaranya tegas. Kadang, ia memarahi pasien yg menganggap enteng penyakit: “Sampai sekarang masih banyak yang bersikap kayak begitu.Memangnya penyakit itu bisa sembuh sendiri. Kalau sakit ya hrs segera dibawa ke dokter. Jangan bikin diagnosa sendiri..” ujar anak ke 3 dari 5 bersaudara itu
5. Saat kerusuhan Mei 1998, Lo tetap buka praktek & menerima pasien di rmhnya, Kampung Jagalan, Jebres. Org banyak yang khawatir akhirnya beramai-ramai menjaga rumah Lo. “Banyak yang butuh pertolongan, termasuk korban kerusuhan, masak saya tolak. Kalo smua dokter tutup siapa yg nolong mereka?”
6. Meski usianya sudah 89 tahun & bertongkat, Lo tidak mengurangi waktunya untuk melayani pasien dari pagi sampai malam.
“Selama saya kuat, saya belum mau pensiun. Menjadi dokter itu baru pensiun kalau sudah tidak bisa apa-apa. Kepuasan bagi saya bisa membantu orang lain & itu tidak bisa dibayar deangan uang.."
7. Puluhan tahun menjadi dokter, bahkan direktur rumah sakit, hidup Lo tetap sederhana. Bersama Maria Gandi (istrinya), ia tinggal di rumah tua yg relatif tidak berubah sejak awal dibangun, kecuali hanya diperbarui catnya. Bukan rumah megah & bertingkat seperti umumnya rumah dokter
“Rumah ini sudah cukup besar u/ kami berdua. Kalau ada penghasilan yang lebih, biarlah untuk mereka yg lebih membutuhkan. Kebutuhan kami hanya makan. Bisa sehat sampai usia sekarang ini saja, saya sudah sangat bersyukur. Semakin panjang usia, semakin byk kesempatan untuk membantu orang lain"
Menurut Lo, istrinya memiliki peran besar terhadap apa yang ia buat. Tanpa perempuan itu, kata Lo, ia tidak akan bisa melakukan semuanya. “Maria itu perempuan luar biasa. Saya beruntung menjadi suaminya,” ujar Lo tentang Maria Gan May Kwee (Maria Gandi), perempuan yang ia nikahi di tahun 1968.
8.Tahun 2020, dr. Lo mendapat penghargaan MURI
”Sebenarnya banyak dokter bisa melakukannya. Untuk semua apalagi dokter muda, gimanapun disini jika menjadi dokter tidak akan kelaparan. Tidak ada salahnya sedikit berbuat sosial untuk orang lain”
9. Di usia tuanya ini, dia jatuh sakit lagi dan kini dirawat di ruang WIRATA - Rumah Sakit Kasih Ibu di Solo.
Beberapa tahun lalu juga dirawat karena gejala stroke. Konon, sampai sebelum jatuh sakit, dokter Lo masih praktik melayani banyak pasien.
10. Akhirnya hari Selasa 9/1/2024, Dr Lo Siauw meninggal di RS Kasih Ibu - Solo.
Disemayamkan di RD Thiong Ting
Selamat jalan dokter nan baik. Doa kami menyertai. Jasamu abadi. (Di)
*Tulisan ini dari berbagai sumber.