Arti Penting Air Dalam Ritual Adat Hodo Bagi Masyarakat Pariyopo

 

Ritual Adat Hodo di lokasi sumber mata air Pariyopo, Asembagus



Situbondo, Despro - Di pedukuhan Pariyopo, Dusun Selatan, Desa Bantal, Kecamatan Asembagus, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, terdapat sebuah tradisi ritual adat yang dilaksanakan untuk meminta hujan yang disebut hodo. 

Ritual ini dilakukan pada hari senin, (2/10) sejak pukul 12.00 hingga pukul 16.30 WIB. 

Upacada adat Hodo dilakuan dalam rangka memohon datangnya hujan yang melimpah bagi pertanian dan kehidupan sehari-hari masyarakat setempat. Tak hanya bertujuan untuk meminta hujan, ritual adat Hodo bentuk syukur dan doa bersama untuk keselamatan masyarakat pariyopo. Keselamatan anggota masyarakat, keselamatan pertanian dan ladang mereka, keselamatan keluarga dari bencana dan hal-hal lainnya.

Asta Gunong Masali, Pariyopo


Ritual Hodo ini dilakukan di Bukit Masali, sebuah tempat yang dianggap keramat oleh masyarakat. Bukit ini juga memiliki sebuah mata air yang di yakini memiliki kekuatan mistik sebagai sarana untuk mendatangkan hujan saat dimohonkan dengan sungguh-sungguh. 

Oleh karena itu, tempat ini dijadikan lokasi utama dalam pelaksanaan ritual hodo.

Petilasan Masali yang dikeramatkan oleh warga sekitar


Beberapa tempat di pariyopo yang dijadikan spot upacara ritual Hodo diantaranya, Tapak Deng-deng, Gunong Bheta, Gunung Emas, Gunong Masali, Sumber Mata Air, Bheto Tomang.

Saat waktu yang ditentukan berdasarkan kesepakatan bersama para warga, mereka akan berduyun-duyun membawa makanan banyak dengan berbagai jenis. Selesai acara doa bersama, dilakukan Pojhien Hodo dan makan bersama di tempat tersebut. Tak lupa sesajen berupa tumpeng, bunga, dengan bakaran dupa atau kemenyan mereka tinggalkan ditempat tersebut.

Selain di Bukit Masali, doa bersama juga dilakukan di mata air keramat yang berada di tempat yang sama. 


Mata air ini dianggap memiliki kekuatan tersendiri dan dihormati sebagai tempat suci. Masyarakat setempat percaya bahwa dengan berdoa di tempat ini, mereka bisa lebih dekat dengan Tuhan dan permohonan mereka akan lebih didengar.

Dalam ritual tersebut tidak ada kata sambutan, tetapi langsung kepada point penting pelaksanaan, dan mereka sudah menjadikan pakem acara tersebut sesuai dengan cara mereka sendiri.


Pada kesempatan ini, turut serta perwakilan pemerintah hadir Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Situbondo melalui Kabid Kebudayaan, Kepala Seksi Kesenian tradisional, Pamong Budaya dan Pemerhati Budaya, Camat Asembagus beserta jajarannya.

Marlutfi Yoandinas, merasakan kesegaran air dari sumber mata air yang dikeramatkan masyarakat adat Pariyopo


Marlutfi Yoandinas, Pamong Budaya dan budayawan muda Situbondo menyatakan bahwa, air dan sumber daya alama punya arti penting dan masyarakat melakukan ritual sebagai wujud syukur kepada sang Maha Pencipta dalam bentuk budaya.

"Masyarakat Situbondo yg terdiri dari 3  wilayah kebudayaan yakni masyarakat maritim, agraris dan kawasan perbukitan mereka mempunyai budaya ritual khusus yang melekat antara manusia dan sumber daya alam. Kisah legenda Damarwulan yang kehausan kemudian mencari sumber mata air sebagaimana cerita yang berkembang di masyarakat menjadikan sebuah ketakutan terbesar jika masyarakat terkena dampak kekeringan, makanya mereka melakukan selamatan, doa bersama dan sungguh mereka (masyarakat) sangat menghargai betapa pentingnya air, betapa pentingnya sumber daya alam makanya mereka mengikat semuanya dalam bentuk budaya," kata lutfi, panggilan akrabnya

Adi Rukmono, Camat Asembagus


Adi Rukmono, Camat Asembagus yang juga turut hadir dalam acara tersebut menyatakan atas selesainya acara adat Hodo ini semoga segera turun hujan dan memberikan manfaat bagi lahan pertanian. "

"Yang paling penting pelestarian budaya kearifan lokal ini tetap terjaga lestari terutama dari masyarakat, pemerintah kabupaten yang bekerjasama dengan pemerintah Kecamatan Asembagus untuk bersinergi," ujar Adi.

Ritual hodo ini merupakan warisan budaya yang turun-temurun dan telah dilakukan oleh masyarakat Pariyopo selama bertahun-tahun. Mereka meyakini bahwa dengan menjaga dan melaksanakan tradisi ini, mereka akan mendapatkan berkah hujan yang melimpah dan kelangsungan hidup mereka akan terjamin.

Para pelaku adat Pojhien Hodo


Ritual adat meminta hujan hodo di pedukuhan Pariyopo merupakan contoh nyata bagaimana masyarakat masih mengakar pada warisan budaya dan tradisi nenek moyang mereka. Dengan melibatkan doa bersama di Bukit Masali dan mata air keramat, mereka berharap bahwa hujan yang mereka butuhkan akan datang dengan keberkahan rahmat dari Alloh SWT. 

Hosnan, Kabid Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Situbondo


Hosnan, Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Situbondo turut hadir dalam acara selamatan di lokasi sumber mata air menyatakan kegiatan Hodo adalah salah satu warisan budaya tak benda yang dimiliki oleh masyarakar Pariyopo, Desa Bantal, Kecamatan Asembagus dan ini adalah aset penting milik Kabupaten Situbondo.

"Ritual Hodo harus tetap dilestarikan karena itu sebuah karakter kehidupan masyarakat sekitar, Kebudayaan tak benda ini milik Kabupaten Situbondo dan kita patut bangga," kata Hosnan.

Semoga tradisi ini terus dilestarikan dan memberikan manfaat bagi masyarakat setempat serta sebagai bentuk pelestarian budaya di tengah arus modernisasi yang kian berkembang. (AG)

Lebih baru Lebih lama