Museum Musik Indonesia Optimis Membangun Masa Depan Indonesia Melalui Sejarah

Hengky Herwanto bersama Ketua AMI dan sahabat-sahabat AMIDA Jatim



Malang, DesPro - Jum'at (1/9), Keping demi keping piringan hitam  (PH) itu mulai di kumpulkan tahun 2009. Semua tertata rapi pada rak-rak yang telah disediakan oleh pendiri Musim Musik Indonesia (MMI), Hengky Herwanto. 

Dikisahkan oleh Hengky panggilan akrabnya bahwa koleksi yang ada di MMI berawal dari sumbangan temannya.

"Sumbangan awalnya pemberian dari seorang guru piano, Niken namanya, tetangga di Purwantoro Malang. Jumlahnya ada puluhan buah. Rupanya itu koleksi warisan ebesnya. Waktu terus berjalan dan bertambah pula PH koleksi museum." kenang Hengky.

Beberapa Koleksi yang tertata rapi di Museum Musik Indonesia, Malang


Rupanya koleksi museum hasil dari "Sumbang-menyumbang" tak hanya dari tetangga dan teman-temannya di Indonesia tetapi juga sumbangan koleksi juga banyak yang dari koleganya di luar negeri.

"Sahabat bule dan teman diaspora saya juga banyak membantu menambah koleksi-koleksi museum, ada Wieke dari Amerika Serikat, Sofiane Bilal dari Prancis, Oma June (Belanda), Didik Sucahyo (Belanda), Neng Siti (Jerman), Trace of You (Italy) dan juga dari negara-negara Jepang, Korea, Srilanka, Malaysia, Singapore, Australia dan NZ." lanjut Hengky.

Menerima kenang-kenangan bola yang bertanda tangan artis internasional Rod Stewart


Pria humble, Arema asli yang juga salah satu anggota Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) kota Malang juga menceritakan dan menyebut nama beberapa artis dan koleganya yang dari kota tetangga dan daerah lain yang turut menyumbang.

"Beberapa penyumbang kepingan piringan hitam (PH) dalam jumlah besar antara lain Pak Suharto dari Surabaya, Sekitar 300 keping beliau hibahkan ke MMI. Itu adalah koleksi beliau saat kuliah di Jerman. Lalu ada Pak Sudarsono, pejabat Angkatan Laut yg pernah bertugas di UK, Rian dMasiv, Group Cockpit dan Benny Soebardja juga pernah menyumbangkan PH-nya utk MMI." lanjut Hengky.

Dalam menata hasil sumbangan benda-benda tersebut dikelompokkan menjadi beberapa cluster. Diantaranya cluster musik berdasarkan negara asal, mana yang artisnya dari Indonesia dan mana yang dari mancanegara.

Kemudian untuk yang cluster musik Indonesia pun beliau pilah lagi berdasar daerah provinsi. Sedang yang luar negeri dikelompokkan berdasar negara asal artisnya. 

Berdasarkan dimensi bentuk dikategorikan 3 jenis ukuran diameter PH, yaitu besar (12”), sedang (10”) dan kecil (7”). 

"Langkah berikutnya adalah mengurutkan nama artis berdasar abjad sesuai kelompoknya. Setelah urut dari A sampai Z lalu dimasukkan dalam Box dan lanjut masuk ke lemari display. Bagian luar Box diberi label keterangan yang menunjukkan klasifikasi koleksi, jumlahnya dan nomor Box. Lemarinya pun juga perlu diberi nomor, untuk mempermudah pengunjung yang ingin belajar sejarah musik, mencari koleksi yang diharapkan itu gampang nemunya" ungkap Hengky.

Melalui sambungan telepon selulernya dikonfirmasi awak media DesPro.id, Pria paruhbaya yang memiliki semangat dedikasi tinggi bidang sejarah juga menceritakan dinamika perkembangan perjalanan MMI dari awal hingga sekarang.

Dari pekerjaan yang rumit tersebut pada akhir Agustus 2023, berdasarkan update data koleksi PH dan diperoleh hasil jumlahnya adalah 5.035 buah. Yang Indonesia 2887 buah dan yang mancanegara 2148 buah.

koleksi dalam negeri dengan 10 Besar provinsi:

1. Jakarta 750 buah

2. Jawa Timur 301

3. Jawa Tengah 244

4. Jawa Barat 208

5. Sumatera Utara 179

6. Maluku 77

7. Sulawesi Selatan 38

8. Sulawesi Itara 36

9. Sumatera Barat 33

10. Sumatera Selatan 18


Koleksi mancanegara dengan 20 Negara terbanyak:

1. Amerika 774 buah

2. Inggris 374 

3. Jerman 308

4. Belanda 87

5. Prancis 62

6. Singapore 50

7. Jepang 31

8. Filipina 31

9. Kanada 25

10. Austria 21

11. Kroasia 20

12. Yunani 19

13. Romania 16

14. Serbia 16

15. India 15

16. Australia 14

17. Spanyol 14

18. Jamaica 13

19. Taiwan 12

20. Brazil 11

Selain berdasar klasifikasi negara, terdapat klasifikasi album kompilasi yang artisnya berasal dari gabungan beberapa negara. Dari situ kami susun lagi sub klasifikasi Kompilasi Pop, Kompilasi Country, Rock, Jazz, Dangdut, dan sebagainya. 

Koleksi piringan hitam (PH) yang terlihat rapi dalam rak


Museum Musik Indonesia berlokasi di Jalan Nusakambangan nomer 19, Kelurahan Kasin, Kecamatan Klojen, Kota Malang, Propinsi Jawa Timur, buka setiap hari kerja, buka layanan mulai pukul 10.00 WIB hingga 15.30 WIB. MMI juga menyediakan layanan kontak untuk mempermudah reservasi booking di nomor telepon (0341) 3012518 atau via Whatsap : +62 818 0323 0472

Pria yang pernah terkenal sebagai musisi tanah air di era tahun 80-90an yang sekaligus sahabat karib Ebiet G. Ade ini juga menjelaskan beberapa koleksi yang ada di MMI.

"Tak hanya mengoleksi kaset, piring hitam saja, tapi majalah, buletin, foto dan hal-hal yang bernuansa musik kami koleksi, alhamdulillah banyak teman-teman baik yang artis maupun sahabat-sahabat lama saya termasuk teman masa sekolah dan para seniman yang di Malang banyak mensupport kegiatan kami." lanjutnya.

Mahasiswa dari luar negeri yang berkunjung ke Museum Musik Indonesia


Diungkapkan Hengky, bahwa selama ini, MMI banyak dikunjungi oleh wisatawan dalam negeri dan manca negara, terutama kalangan anak muda dan mahasiswa, ada juga yang sudah berumur untuk sekedar bernostalgia dengan kisah masa lalunya.

Aset utama sebuah museum adalah koleksinya. Rasa cinta pada koleksi perlu terus dipelihara agar museum terus berkembang berkelanjutan.

Sebelum menutup kisahnya, Hengky menaruh harapan besar terhadap perhatian dan dukungan pemerintah kepada museum-museum swasta yang di inisiatif oleh masyarakat. 

"Semoga pemerintah semakin memperhatikan museum-museum swasta yang lahir dari masyarakat, mereka mengisi pembangunan dengan hal positif, museum itu adalah media edukasi kepada generasi muda selanjutnya. Bahkan saya yakin dan optimis suatu saat masyarakat yang mau belajar ke museum akan mendapatkan pembelajaran kisah lampau untuk menatap masa depannya." tutur Hengky. (AG)


Lebih baru Lebih lama